Oleh : Liling dwi Harini
Pemimpin
adalah pelayan, pemimpin sebagai teman dalam berbagi solusi dan masalah, pemimpin
sebagai syeikh dalam hubungan spiritual, dan Pemimpin seperti orang tua dalam hubungan
emosional.
Terkadang
pemimpin akan sibuk dengan hal-hal yang tak harus diurusinya, terkadang ia akan
menjadi besar kepala ketika tak dibalut dengan iman, terkadang ia akan menjadi
raja, mendengarkan namun langsung mengambil keputusan tanpa memberikan pilihan.
Pemimpin
terkadang seperti anak remaja yang sulit mengambil kebijakan, adapun hal yang
penting dan yang utama ialah pemimpin terkadang melupakan untuk menanyakan
kabar pasukannya, kabar fisik, mental, ruhani, akademik bahkan ekonominya.
Terlalu sibuk untuk menyelesaikan yang lain, pada akhirnya lupa untuk
mengikatkan hati dengan anggotanya.
Bekerja
tanpa hati akan hampa. Hati adalah titik muara dimana beradu antara ikhlas dan
kerja keras. Profesional itu pasti namun menyapa energi hati sebuah keharusan
tuk ikatkan tali agar tak dicuri. Keterikatan hati akan membuat kerja menjadi
nyaman. Ia akan menjadi bijak ketika hati dilihat. Solusi semakin dekat saat
hati terikat.
Kukisahkan
seorang sahabat yang hebat. Pemimpin yang bijak, bukan hanya gagah namun juga
cerdas. Tak pernah berharap pamrih, berani meninggalkan pekerjaan demi amanah
yang mulia. Tak pernah absen untuk menanyakan kabar hati anggotanya. Tak pernah
mengeluh saat masalah menimbun pikirannya. Ketenangan hatinya dan keramahan
sikapnya membuat bangunan yang kokoh di pusaran kepemimpinannya. Begitu indah
ia menyapa staff-staff nya. Tak pernah berhenti memikirkan keadaan anggotanya.
Terlantun do’a untuk mereka di setiap sujudnya. Menangis di atas sajadah ketika
mendengar masalah dari salah satu staffnya, berharap Allah meringankan
bebannya. Bersyukur padaNya saat mereka tersenyum bahagia dalam menjalankan
masing-masing amanahnya. 1 tahun ia abdi untuk anggotanya karena ia sadar
begitu singkat menjalani miniatur keluarga dalam struktur organisasinya.
Kata itu
menjadi cinta atau benci. Tergantung siapa yang memakai dan memaknai. Benci
takkan hilang ketika tak disapa oleh hati. Begitupun Cinta takkan pernah lelah
jika ia setia.
Amanah utama
seorang pemimpin adalah menciptakan sebuah keluarga yang nyaman. Maka ia butuh
banyak waktu untuk duduk mendengarkan keluhan anggotanya yang akhirnya timbul
kenyamanan karena terpecahkan solusinya. Terkadang ia harus menyelipkan satu
waktu di sederet kesibukannya untuk berkomunikasi dengan anggotanya, bukan
menanyakan amanah namun bertanya “sedang sehatkah hatinya?” lalu timbul
kenyamanan karena merasa dirinya diperhatikan. Terlalu sulitkah untuk menyapa
hati seseorang sampai menghilangkan budaya kultural? Mungkin Perlu keberanian
untuk menghilangkan ego di dalam dirinya. Walau tak bisa seperti Imam Syafi’i
yang mampu menghafal nama bahkan keadaan setiap orang yang ditemuinya, namun pemimpin
yang baik adalah yang mau belajar dan memimpin sesuai zamannya. Maka
kesimpulannya jika silaturrahmi dan komunikasi belum menjadi suatu kebiasaan,
maka anda yang membaca tulisan ini hendaknya menjadikan keduanya sebagai budaya
dalam strutural yang sering terlupakan.
1 comments:
download lagu
indo musik
download mp3 lagu terbaru gratis
lagump3.indowapblog.com
indomusik.wapka.me
download lagu mp3