KAMUS
perdana dengan tema “Mengenal MariaAl-Qibthiyah” kali ini berlangsung pada hari Kamis, 9 Mei 2014, bertempat
di Aula Alfurqan dengan pemateri Ibu Suci Sundusiah, M.Pd. Kajian rutin muslimah dari
Bidang Karimah ini akan terus berlanjut setiap pekannya. Catat ya akhwat
fillah.. Minggu ke-1 dan 3, KAMUS
(berisi kajian tentang kemuslimahan, kajian keilmuan).
Minggu ke-2 dan 4, Sekolah Muslimah
(berupa keterampilan muslimah). Rutin loh, Kamis sore ba’da Asar ok! J
Nah sekarang, siapakah Maria Al-Qibthiyah itu? Yuk mari
kenalan!
Maria Al-Qibthiyah adalah seorang
budak/hamba sahaya RajaMesir, Muqauqis. Ia beragama Kristen Koptik (Romawi). Awalnya Rasulullah
mengirimkan surat kepada sang Raja untuk masuk Islam, namun sang Raja malah
menghadiahkan Maria Al-Qibthiyah untuk Rasulullah SAW. Tadinya Maria ragu dan
tidak mau, lalu orang kepercayaan Nabi menjelaskan bagaimana perangai,
perilaku, dan sifat Rasulullah. Saat diceritakan, nampak sumringah wajah Maria.
Ia sangat penasaran dengan sosok Muhammad SAW. Padahal sebelumnya tak pernah
bertemu, namun sisi penasarannya begitu menarik hati Maria.
Sangat manusiawi seorang Rasulullah pun mencintai sosok
Maria. Parasnya sangat cantik. Singkat cerita, Rasulullah menikahi secara
syiria (tersembunyi). Dalam beberapa shirah shohabiyah, istri Rasulullah yang
dzahar (terbuka) ada 9, namun secara syiria (tersembunyi) ada 12. Ada
alasan-alasan historis yang kuat dibalik pernikahan Rasulullah. Begitupun
pernikahan beliau dengan Maria. Beliau menikahi seorang tawanan/budak yang
berubah status menjadi seorang istri.
Maria Al-Qibthiyah membuat istri-istri Rasulullah yang
lain merasa cemburu dengan kecantikannya. Bahkan beberapa kisah menjelaskan
istri yang paling cemburu adalah Aisyah dan Hafsah. Kecemburuan mereka
bertambah ketika Allah menitipkan seorang putra dari rahim Maria. Rasulullah
semakin mencintai Maria.
Suatu ketika pernah wajah Hafshah terlihat marah. Ia
mengungkapkan kecemburuannya kepada Rasulullah. Sehingga Rasulullah berjanji
tidak akan menyentuh lagi Maria. Hafshah menyampaikan berita tersebut kepada
Aisyah. Beberapa shirah menyebutkan bahwa inilah asbabunuzul turunnya QS
At-Tahrim (66): 1-5.
“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan
apa yang Allah halalkan bagimu? (QS At-Tahriim [66]: 1).
Sementara itu, ‘Aisyah dan Hafshah juga disindir dengan
firman Allah Swt.,
“Jika kamu berdua bertobat kepada
Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima
kebenaran). Sedangkan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka
sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan
orang-orang Mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah
penolongnya pula (QS At-Tahriim[66]: 4).
Maka Rasulullah merasa khilaf dengan apa yang
diucapkannya. Yang tadinya untuk menyenangkan
hati istri-istri yang lain itu ternyata salah.
Apa sih hikmah yang dapat di petik dan kemudian kita
amalkan??
Tidak boleh mengharamkan sesuatu yang sudah dihalalkan oleh Allah. Apalagi sudah mutlak ada dalam Al-Quran dan ditambah As-Sunnah sebagai landasannya.
Jangan menjadikan suatu perguncingan atau selisih. Karna Allah itu tidak akan pernah salah dalam memilihkan skenario terbaikNya.
Yuk kita senantiasa ikhlas apapun yang Allah SWT berikan untuk kita.
Tidak boleh mengharamkan sesuatu yang sudah dihalalkan oleh Allah. Apalagi sudah mutlak ada dalam Al-Quran dan ditambah As-Sunnah sebagai landasannya.
Jangan menjadikan suatu perguncingan atau selisih. Karna Allah itu tidak akan pernah salah dalam memilihkan skenario terbaikNya.
Yuk kita senantiasa ikhlas apapun yang Allah SWT berikan untuk kita.
Wallahua’lam bish-shawwab.