Oleh: Rani Rahmawati
(Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan LDK UKDM UPI 2014)
Ada 5 macam sikap Ramadhan saat turun menyapa ummat manusia di bumi
Allah, khususnya bagi orang-orang yang beriman.
Dan sikap ramdhan yang berbeda-beda ini sesuai dengan sikap orang
berimannya.
1. Ramadhan datang tapi tidak mau mendatangi
Sumber : Google |
Ini
sangat menyakitkan sebenarnya. Analoginya seorang anak tinggal di jogja dan
sudah memiliki rumah, dan orang tua ketika itu datang ke Bekasi ada pekerjaan
selama 1 bulan, tapi ternyata orang tua datang tidak untuk sang anak, dan tidak
menjenguk sama sekali
Kenapa sampai terjadi hal seperti ini?
Hal ini
terjadi karena anak ini adalah anak yang tidak berbakti pada orang
tuanya, sampai-sampai orang tuanya tidak memilih tinggal bersama anaknya tetapi
malah memilih tinggal di tempat lain seperti di hotel, penginapan lain.
Kalau
anak ini anak berbakti pastilah orang tua ini akan memilih tinggal bersama
anaknya dibandingkan tinggal di tempat lain
Kemungkinan
lainnya adalah sikap Ramadhan yang tidak mau menyapa disebabkan orangnya yang
tak suka dengan datangnya Ramadhan
Untuk
orang seperti ini Ramadhan tetap datang, sebab setelah sya'ban ya pasti Ramadhan,
tapi Ramadhan tidak mau
mendatangi
2. Ramadhan datang, tapi cuma numpang lewat
Seperti
kasus no 1, orang tua datang tapi ia tidak mendatangi sang anak
Misalnya
ada dialog antara bapak dan anak
Anak :
Bapak, sudah di Bekasi pak?
Bapak :
Iya, sudah
Anak : Lalu
dimana menginapnya, kenapa ga mampir pak?
Bapak : Tadi
bapak sudah lewat depan rumah kamu, pagar kamu ganti kan. Bapak Cuma lewat saja
tadi
Anak : Kenapa
pak, bapak ada waktu ga pak, mampir sebentar dong pa.
Bapak : Iya
ada waktu, ini juga sebenarnya sedang santai, tapi bapak malas.
Hal ini
tentu menyakitkan buat sang anak. Kepada siapa Ramadhan datang pada orang dan
kemudia bersikap seperti ini? Jawabannya : pada orang yang suka dengan datangnya Ramadhan tapi ga mau ngapa-ngapain. Dia
senang dengan datangnya ramadan tapi hanya mengambil senangnya dari kedatangan Ramadhan
saja. Ia tidak puasa, tidak mengaji, dll. Ia hanya mengambiil kesempaatan
dengan senangnya datang Ramadhan, seperti banyaknya buber (buka bersama) di
masjid-masjid, ia manfaatkan untuk makan gratis :'(
Maka
untuk orang seperti ini Ramadhan datang tapi hanya lewat
3. Ramadhan datang tapi hanya sejenak mampir
Ramadhan
datang tapi hanya mampir sejenak. Analogi yang sama dengan cerita no 1, maka
orang tua hanya mampir ke rumah anak, tapi hanya sebentar mampir di rumah
anaknya tersebut, meski ia akan menginap di jogja 1 bulan. Kenapa? Karena
biasanya sikap sang anak hanya memperhatikan dan memanjakan orang tua di
awal-awal saja, tapi setelah beberapa hari, maka ia akan sibuk dengan urusannya
sendiri dan lupa dengan kehadiran tamu spesial di rumahnya yakni orangtuanya.
Sikap
seperti ini akan Ramadhan tunjukkan kepada mereka yang hanya bahagia dan
beramal sejenak ketika di awal-awal saja. Spanduk di mana-mana, menunjukkan
meyambut hadirnya Ramadhan, masjid ramai dengan orang-orang beribadah, tapi ini
hanya berlangsung sebentar. Setelah beberapa hari bulan Ramadhan, mereka akan
tidak bersemangat lagi dengan ibadahnya, shaff shalatpun lama kelamaan akan
mengalami kemajuan secara pasti, semakin lama semakin maju atau sedikit yang
datang untuk berjamaah
4. Ramadhan tetap datang lantas pergi tapi tanpa
kesan
Analogi
dengan cerita anak dan orang tua di atas, maka orang tua singgah/tinggal 1
bulan penuh bersama sang anak, namun setelah 30 hari pergi begitu saja tanpa
kesan. Kenapa ini bisa terjadi?
Ia (anak)
: kurang melayani dan mengasihi orang tua
Ia
"kurang" baktinya sama orang tua
Ia
"kurang" dalam bersikap mengistimewakan orang tua
Semuanya
serba kurang dan tak ada yang istimewa
Sikap
sang anak hanya formalitas
belaka. Kalau ditanya kenapa berpuasa, kenapa tarawih, itikaf dan lain-lain,
jawabnya ya karena saat di bulan Ramadhan semua orang melakukan hal tersebut
sehingga yang menjadi dorongan untuk melakukan ibadah tersebut hanya karena
ikut-ikutan orang lain dan tidak merasakan adanya kebutuhan ruhani dan
panggilan keimanan dalam melakukan ibadah pada bulan Ramadhan.
5. Ramadhan datang selama 1 bulan lantas pergi
meninggalkan kesan yang mendalam
Bayangkan
seandainya orangtua mengunjungi kita kemudian setelah genap 1 bulan orang
tua akan bilang begini "Nak, sebetulnya bapak ibu berat sekali
meninggalkan kamu, bapak-ibu sangat bahagia selama 1 bulan di sini, sangat
menyenangkan, tapi bapak-ibu tidak bisa selamanya di sini, semoga kebaikanmu
selama ini akan dibalas oleh Allah SWT, bapak ibu janji deh tahun depan
bapak-ibu akan datang lagi mengunjungi kamu "
Pasti
kita sebagai anak yng memang ingin untuk seterusnya orang tua ada bersama kita
akan sangat senang mendengarnya, kita bahagia karena bapk-ibu bahagia
Kepada
siapa Ramadhan akan bersikap seperti ini? Sikap ini akan ditunjukkan pada mereka
yang benar-benar suka dan mau menyambut Ramadhan, mau menyambutnya dan
menyuguhnya dengan amal-amal baik karena dorongan iman semata kepada Allah SWT, bukan hanya
formalitas saja.
Sikap ini
ia ambil karena imannya, dan ini sesuai dengan apa yang ada di Al-Qur'an
Dalil
naqlinya terdapat pada QS Al-Baqarah 183
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن
قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿١٨٣﴾
Dalil naqli kedua
Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa yang berpuasa di bulan suci Ramadhan didasari dengan iman dan niat yang ikhlas karena
Allah semata, maka dia akan mendapat ampunan dari Allah dari dosa yang telah
dilakukan”
Kata iman ini, berarti
sebenarnya ada orang yang berpuasa bukan karena iman. Rasulullah menyimpulkan
dari umatnya banyak yang berpuasa tapi bukan karena iman. Bagi umat Rasulullah
yang menjalankan puasa karena iman dan niat ikhlas karena Allah semata, maka ia
akan mendapatan ampunan untuk dosa-dosa yang telah dilakukan. Ini bisa menjadi
montvasi bagi kita agar puasa kita tidak menjadi puasa yang tidak mendapatkan
apa-apa kecuali lapar dan dahaga. Na'udzibillah
Lalu dimanakah posisi kita
dalam menyambut bulan Ramadhan nanti? Sahabat, tentunya kita tidak mau menjadi orang-orang
yang menyesal dan merugi di akhir waktu. Karena tidak ada satupun yang bisa
menjamin bahwa ini bukan Ramadhanku yang terakhir. Tidak ada! Maut dapat
menjemput kita kapan saja, oleh karena itu mari kita perbaiki semangat dan niat
kita dalam menyambut Ramadhan tahun ini, agar ritual selama Ramadhan tidak
hanya menjadi formalitas belaka tetapi menjadi tabungan untuk bekal di akhirat
kelak. Aamiin ...
By: Rani Rahmawati
Owner @HPStuffBdg& Supplier Celanarok ‘BlackutaQ.Inc’
Referensi: www.qudwahqanita.blogspot.com