Laman

Karena Islam Milik Kita Semua

Jumat, 20 Juni 2014

JIKA INI RAMADHAN TERAKHIR, AKAN BAGAIMANA SIKAPMU?



Oleh: Rani Rahmawati
(Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan LDK UKDM UPI 2014)
 

Ada 5 macam sikap Ramadhan saat turun menyapa ummat manusia di bumi Allah, khususnya bagi orang-orang yang beriman.

Dan sikap ramdhan yang berbeda-beda ini sesuai dengan sikap orang berimannya. 
1.     Ramadhan datang tapi tidak mau mendatangi

Sumber : Google


Ini sangat menyakitkan sebenarnya. Analoginya seorang anak tinggal di jogja dan sudah memiliki rumah, dan  orang tua ketika itu datang ke Bekasi ada pekerjaan selama 1 bulan, tapi ternyata orang tua datang tidak untuk sang anak, dan tidak menjenguk sama sekali

Kenapa sampai terjadi hal seperti ini?
Hal ini terjadi karena anak ini adalah anak yang  tidak berbakti pada orang tuanya, sampai-sampai orang tuanya tidak memilih tinggal bersama anaknya tetapi malah memilih tinggal di tempat lain seperti di hotel, penginapan lain.

Kalau anak ini anak berbakti pastilah orang tua ini akan memilih tinggal bersama anaknya dibandingkan tinggal di tempat lain
Kemungkinan lainnya adalah sikap Ramadhan yang tidak mau menyapa disebabkan orangnya yang tak suka dengan datangnya Ramadhan
Untuk orang seperti ini Ramadhan tetap datang, sebab setelah sya'ban ya pasti Ramadhan,  tapi Ramadhan tidak mau mendatangi

2.     Ramadhan datang, tapi cuma numpang lewat
Seperti kasus no 1, orang tua datang tapi ia tidak mendatangi sang anak
Misalnya ada dialog antara bapak dan anak
Anak : Bapak, sudah di Bekasi pak?
Bapak : Iya, sudah
Anak : Lalu dimana menginapnya, kenapa ga mampir pak?
Bapak : Tadi bapak sudah lewat depan rumah kamu, pagar kamu ganti kan. Bapak Cuma lewat saja tadi
Anak : Kenapa pak, bapak ada waktu ga pak, mampir sebentar dong pa.
Bapak : Iya ada waktu, ini juga sebenarnya sedang santai, tapi bapak malas.

Hal ini tentu menyakitkan buat sang anak. Kepada siapa Ramadhan datang pada orang dan kemudia bersikap seperti ini? Jawabannya : pada orang yang suka dengan datangnya Ramadhan tapi ga mau ngapa-ngapain. Dia senang dengan datangnya ramadan tapi hanya mengambil senangnya dari kedatangan Ramadhan saja. Ia tidak puasa, tidak mengaji, dll. Ia hanya mengambiil kesempaatan dengan senangnya datang Ramadhan, seperti banyaknya buber (buka bersama) di masjid-masjid, ia manfaatkan untuk makan gratis :'(
Maka untuk orang seperti ini  Ramadhan datang tapi hanya lewat

3.     Ramadhan datang tapi hanya sejenak mampir
Ramadhan datang tapi hanya mampir sejenak. Analogi yang sama dengan cerita no 1, maka orang tua hanya mampir ke rumah anak, tapi hanya sebentar mampir di rumah anaknya tersebut, meski ia akan menginap di jogja 1 bulan. Kenapa? Karena biasanya sikap sang anak hanya memperhatikan dan memanjakan orang tua di awal-awal saja, tapi setelah beberapa hari, maka ia akan sibuk dengan urusannya sendiri dan lupa dengan kehadiran tamu spesial di rumahnya yakni orangtuanya. 

Sikap seperti ini akan Ramadhan tunjukkan kepada mereka yang hanya bahagia dan beramal sejenak ketika di awal-awal saja. Spanduk di mana-mana, menunjukkan meyambut hadirnya Ramadhan, masjid ramai dengan orang-orang beribadah, tapi ini hanya berlangsung sebentar. Setelah beberapa hari bulan Ramadhan, mereka akan tidak bersemangat lagi dengan ibadahnya, shaff shalatpun lama kelamaan akan mengalami kemajuan secara pasti, semakin lama semakin maju atau sedikit yang datang untuk berjamaah

4.     Ramadhan tetap datang lantas pergi tapi tanpa kesan
Analogi dengan cerita anak dan orang tua di atas, maka orang tua singgah/tinggal 1 bulan penuh bersama sang anak, namun setelah 30 hari pergi begitu saja tanpa kesan. Kenapa ini bisa terjadi?
Ia (anak) : kurang melayani dan mengasihi orang tua
Ia "kurang" baktinya sama orang tua
Ia "kurang" dalam bersikap mengistimewakan orang tua
Semuanya serba kurang dan tak ada yang istimewa
Sikap sang anak hanya formalitas belaka. Kalau ditanya kenapa berpuasa, kenapa tarawih, itikaf dan lain-lain, jawabnya ya karena saat di bulan Ramadhan semua orang melakukan hal tersebut sehingga yang menjadi dorongan untuk melakukan ibadah tersebut hanya karena ikut-ikutan orang lain dan tidak merasakan adanya kebutuhan ruhani dan panggilan keimanan dalam melakukan ibadah pada bulan Ramadhan.

5.     Ramadhan datang selama 1 bulan lantas pergi meninggalkan kesan yang mendalam
Bayangkan seandainya orangtua mengunjungi kita kemudian setelah genap 1 bulan  orang tua akan bilang begini "Nak, sebetulnya bapak ibu berat sekali meninggalkan kamu, bapak-ibu sangat bahagia selama 1 bulan di sini, sangat menyenangkan, tapi bapak-ibu tidak bisa selamanya di sini, semoga kebaikanmu selama ini akan dibalas oleh Allah SWT, bapak ibu janji deh tahun depan bapak-ibu akan datang lagi mengunjungi kamu "
Pasti kita sebagai anak yng memang ingin untuk seterusnya orang tua ada bersama kita akan sangat senang mendengarnya, kita bahagia karena bapk-ibu bahagia

Kepada siapa Ramadhan akan bersikap seperti ini? Sikap ini akan ditunjukkan pada mereka yang benar-benar suka dan mau menyambut Ramadhan, mau menyambutnya dan menyuguhnya dengan amal-amal baik karena dorongan iman semata kepada Allah SWT,  bukan hanya formalitas saja.

Sikap ini ia ambil karena imannya, dan ini sesuai dengan apa yang ada di Al-Qur'an
Dalil naqlinya terdapat pada QS Al-Baqarah 183

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿١٨٣﴾


Dalil naqli kedua
Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang berpuasa di bulan suci Ramadhan didasari dengan iman dan niat yang ikhlas karena Allah semata, maka dia akan mendapat ampunan dari Allah dari dosa yang telah dilakukan”

Kata iman ini, berarti sebenarnya ada orang yang berpuasa bukan karena iman. Rasulullah menyimpulkan dari umatnya banyak yang berpuasa tapi bukan karena iman. Bagi umat Rasulullah yang menjalankan puasa karena iman dan niat ikhlas karena Allah semata, maka ia akan mendapatan ampunan untuk dosa-dosa yang telah dilakukan. Ini bisa menjadi montvasi bagi kita agar puasa kita tidak menjadi puasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga. Na'udzibillah

Lalu dimanakah posisi kita dalam menyambut bulan Ramadhan nanti? Sahabat, tentunya kita tidak mau menjadi orang-orang yang menyesal dan merugi di akhir waktu. Karena tidak ada satupun yang bisa menjamin bahwa ini bukan Ramadhanku yang terakhir. Tidak ada! Maut dapat menjemput kita kapan saja, oleh karena itu mari kita perbaiki semangat dan niat kita dalam menyambut Ramadhan tahun ini, agar ritual selama Ramadhan tidak hanya menjadi formalitas belaka tetapi menjadi tabungan untuk bekal di akhirat kelak. Aamiin ...

By: Rani Rahmawati
Owner @HPStuffBdg& Supplier Celanarok ‘BlackutaQ.Inc’
Referensi: www.qudwahqanita.blogspot.com
Facebook Twitter Google+

Back To Top