Oleh: Rani Rahmawati
(Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan LDK UKDM UPI 2014)
Siapakah
diantara umat Islam yang tidak tau bahwa Ramadhan adalah bulan penuh kemuliaan?
Setidaknya walau mereka tidak paham dengan diiringi oleh dalil yang menunjukan
keutamaan-keutamaan Ramadhan, pasti mereka tau bahwa Ramadhan adalah bulan yang
agung, yang didalamnya terdapat banyak fadhilah
bagi umat Islam. Diantaranya terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 186, Allah
menyebutkan sebuah keterangan tentang doa. Bahwa Allah dekat dengan hamba-Nya,
dan Dia mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Nya. Jika diperhatikan, ayat
ini Allah sampaikan di tengah-tengah ayat tentang puasa. Hal ini menunjukkan
sebagaimana dijelaskan para ulama bahwa Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk
berdoa.
Selain
itu, Allah telah menjanjikan pahala yang berlipat ganda pada bulan Ramadhan. Maka
tidak layak bagi seorang muslim untuk bermalas-malasan dan melewati bulan
Ramadhan sama dengan bulan-bulan lainnya, karena dengan begitu waktu yang
seharusnya untuk menebar lebih banyak manfaat menjadi terbuang percuma.
Termasuk dalam hal mencari rezeki atau nafkah.
Sebagaimana
dalam firman Allah:
''Jika
selesai mengerjakan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah
karunia-Nya, dan perbanyaklah mengingat Allah agar engkau beruntung.'' (QS
Al-Jumuah [62]: 10). Islam mengajarkan umatnya bekerja keras untuk mencari
nafkah, baik guna mencukupi kebutuhan sendiri maupun keluarga.
Sebaliknya,
Islam mencela umat yang malas, yang hanya menggantungkan hidupnya pada belas
kasihan orang lain. ''Sungguh pagi-pagi seorang berangkat, lalu membawa kayu
bakar di atas punggungnya, ia bersedekah dengannya dan mendapatkan kecukupan
dengannya, sehingga tidak minta-minta kepada orang lain, jauh lebih baik
baginya daripada meminta ke orang lain, mereka memberinya atau menolaknya. Ini
karena tangan yang di atas jauh lebih baik daripada tangan di bawah, dan
mulailah dari orang yang menjadi tanggungan Anda.'' (HR Muslim dan Turmudzi).
sumber : Google |
Dalam ayat
lain Allah berfirman:
Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang
maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.(Al-Baqarah
: 233)
Dalam hadits
Saad bin Malik diceritakan bahwa Nabi bersabda :
Sesungguhnya,
meskipun engkau memberikan nafkah kepada keluargamu sendiri, engkau tetap
memperoleh pahala, sampai sekerat makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu.
(Bukhari)
Dalam hadits
lain juga disebutkan:
Harta yang
engkau infak-kan di jalan Allah, harta yang engkau infak-kan untuk memerdekakan
budak, harta yang engkau sedekahkan untuk orang-orang miskin dan harta yang
engkau infak-kan untuk keluargamu, ganjaran yang lebih besar adalah yang engkau
infakqan untuk keluargamu. (Muslim dan Ahmad).
Dalam
beberapa ayat suci dan hadits shahih diatas dijelaskan bahwa pahala bagi orang
yang mencari nafkah untuk menghidupi dirinya dan keluarganya begitu besar.
Nafkah itu sendiri mencakup makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan
segala yang dibutuhkan oleh seseorang, baik jasmani maupun rohani.
Bila kita
sebagai pelajar/mahasiswa belum mampu memenuhi kebutuhan keluarga (ayah, ibu,
kakak dan adik.red) setidaknya kita berusaha agar mampu memenuhi kebutuhan
sendiri, ATAU paling tidak kita memiliki azzam untuk rajin bersedekah dari
hasil keringat sendiri.
Paling tidak ada beberapa langkah yang perlu
diperhatikan bagi siapa yang melaksanakan aktivitas mencari nafkah pada bulan
Ramadhan:
1. Hendaknya
mencari nafkah tidak mengurangi diri untuk tetap berpuasa dan menjaga
nilai-nilai ibadah lainnya; baik ibadah wajib maupun sunnah. Karena
ibadah-ibadah yang dilakukan pada bulan Ramadhan berbeda ganjarannya dengan
ibadah yang dilakukan di luar bulan Ramadhan artinya bahwa pada bulan Ramadhan,
setiap kewajiban amalnya dikalikan 70. Ibadah sunnahnya dinilai sama dengan
ibadah wajib, dan ibadah wajibnya dikalikan 70, sebagaimana hadits nabi saw: “Barangsiapa yang bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) di
dalam bulan Ramadhan dengan satu bentuk kebaikan, maka samalah dengan orang
yang mengerjakan satu fardhu (kewajiban) di bulan lainnya. Dan siapa yang
mengerjakan satu fardhu di bulan Ramadhan, maka samalah dengan orang yang
mengerjakan tujuh puluh fardhu di bulan lainnya”. (Ibnu Khuzaimah)
2.
Dalam mencari nafkah
tidak melupakan diri untuk berdzikir kepada Allah, sebagaimana yang Allah
ingatkan dalam ayat Al-Qur’an:
“Laki-laki
yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan
zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan
menjadi guncang”. (An-Nuur:37)
3.
Niatkan diri karena
Allah ketika keluar rumah untuk mencari nafkah, karena yang demikian merupakan
jihad di jalan Allah.
Dalam
hadits Ka’ab bin Ajizzah diriwayatkan bahwa ada seseorang lelaki yang lewat di
hadapan Nabi. Para sahabat melihat ada yang menakjubkan pada kulit dan
semangatnya. Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, bagus nian apabila keadaannya
itu karena berjuang di jalan Allah?” Rasulullah menanggapi: “kalau ia keluar
rumah demi menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, berarti ia di jalan Allah;
kalau ia keluar rumah untuk menghidupi ayah ibunya yang sudah tua renta,
berarti ia di jalan Allah; dan apabila ia keluar rumah demi menghidupi dirinya
sendiri agar terpelihara, maka ia juga di jalan Allah. Tetapi kalau ia keluar
rumah karena rasa sombong dan membanggakan diri, maka ia berada di jalan
setan.” (At-Thabrani).
4. Bagi
wanita yang keluar rumah mencari nafkah, meskipun tidak ada dalil yang qath’i
tentang haramnya wanita keluar rumah, namun para ulama tetap menempatkan
beberapa syarat atas kebolehan wanita keluar rumah. Sebab memang ada
peraturannya, tidak asal keluar rumah begitu saja, sebagaimana para wanita di
dunia barat yang tidak punya nilai etika.
5. Khusus
untuk pelajar dan mahasiswa, jangan sampai terlarut dalam kesibukan berniaga
tanpa diimbangi dengan kedekatan dan ketaatan pada Allah SWT. Karena berbisnis
dalam Islam tujuannya adalah agar taqarrub ilallah, jika ternyata sebaliknya
maka itu bukan berbisnis atau bisa menghasilkan uang yang tidak berkah
(Na’udzubillah min dzalik). [dari berbagai sumber].
By: Rani Rahmawati
Owner @HPStuffBdg dan
Supplier Celanarok ‘BlackutaQ.Inc’