Laman

Karena Islam Milik Kita Semua

Jumat, 20 Juni 2014

Bahagia saat mencari nafkah dan bersedekah pada bulan Ramadhan


Oleh: Rani Rahmawati
(Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan LDK UKDM UPI 2014)


Siapakah diantara umat Islam yang tidak tau bahwa Ramadhan adalah bulan penuh kemuliaan? Setidaknya walau mereka tidak paham dengan diiringi oleh dalil yang menunjukan keutamaan-keutamaan Ramadhan, pasti mereka tau bahwa Ramadhan adalah bulan yang agung, yang didalamnya terdapat banyak fadhilah bagi umat Islam. Diantaranya terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 186, Allah menyebutkan sebuah keterangan tentang doa. Bahwa Allah dekat dengan hamba-Nya, dan Dia mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Nya. Jika diperhatikan, ayat ini Allah sampaikan di tengah-tengah ayat tentang puasa. Hal ini menunjukkan sebagaimana dijelaskan para ulama bahwa Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk berdoa.

Selain itu, Allah telah menjanjikan pahala yang berlipat ganda pada bulan Ramadhan. Maka tidak layak bagi seorang muslim untuk bermalas-malasan dan melewati bulan Ramadhan sama dengan bulan-bulan lainnya, karena dengan begitu waktu yang seharusnya untuk menebar lebih banyak manfaat menjadi terbuang percuma. Termasuk dalam hal mencari rezeki atau nafkah. 

Sebagaimana dalam firman Allah:
''Jika selesai mengerjakan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia-Nya, dan perbanyaklah mengingat Allah agar engkau beruntung.'' (QS Al-Jumuah [62]: 10). Islam mengajarkan umatnya bekerja keras untuk mencari nafkah, baik guna mencukupi kebutuhan sendiri maupun keluarga.

Sebaliknya, Islam mencela umat yang malas, yang hanya menggantungkan hidupnya pada belas kasihan orang lain. ''Sungguh pagi-pagi seorang berangkat, lalu membawa kayu bakar di atas punggungnya, ia bersedekah dengannya dan mendapatkan kecukupan dengannya, sehingga tidak minta-minta kepada orang lain, jauh lebih baik baginya daripada meminta ke orang lain, mereka memberinya atau menolaknya. Ini karena tangan yang di atas jauh lebih baik daripada tangan di bawah, dan mulailah dari orang yang menjadi tanggungan Anda.'' (HR Muslim dan Turmudzi).

sumber : Google


Dalam ayat lain Allah berfirman:
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.(Al-Baqarah : 233)

Dalam hadits Saad bin Malik diceritakan bahwa Nabi bersabda :
Sesungguhnya, meskipun engkau memberikan nafkah kepada keluargamu sendiri, engkau tetap memperoleh pahala, sampai sekerat makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu. (Bukhari)

Dalam hadits lain juga disebutkan:
Harta yang engkau infak-kan di jalan Allah, harta yang engkau infak-kan untuk memerdekakan budak, harta yang engkau sedekahkan untuk orang-orang miskin dan harta yang engkau infak-kan untuk keluargamu, ganjaran yang lebih besar adalah yang engkau infakqan untuk keluargamu. (Muslim dan Ahmad). 

Dalam beberapa ayat suci dan hadits shahih diatas dijelaskan bahwa pahala bagi orang yang mencari nafkah untuk menghidupi dirinya dan keluarganya begitu besar. Nafkah itu sendiri mencakup makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan segala yang dibutuhkan oleh seseorang, baik jasmani maupun rohani.

Bila kita sebagai pelajar/mahasiswa belum mampu memenuhi kebutuhan keluarga (ayah, ibu, kakak dan adik.red) setidaknya kita berusaha agar mampu memenuhi kebutuhan sendiri, ATAU paling tidak kita memiliki azzam untuk rajin bersedekah dari hasil keringat sendiri. 

Paling tidak ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan bagi siapa yang melaksanakan aktivitas mencari nafkah pada bulan Ramadhan:
1.     Hendaknya mencari nafkah tidak mengurangi diri untuk tetap berpuasa dan menjaga nilai-nilai ibadah lainnya; baik ibadah wajib maupun sunnah. Karena ibadah-ibadah yang dilakukan pada bulan Ramadhan berbeda ganjarannya dengan ibadah yang dilakukan di luar bulan Ramadhan artinya bahwa pada bulan Ramadhan, setiap kewajiban amalnya dikalikan 70. Ibadah sunnahnya dinilai sama dengan ibadah wajib, dan ibadah wajibnya dikalikan 70, sebagaimana hadits nabi saw: “Barangsiapa yang bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) di dalam bulan Ramadhan dengan satu bentuk kebaikan, maka samalah dengan orang yang mengerjakan satu fardhu (kewajiban) di bulan lainnya. Dan siapa yang mengerjakan satu fardhu di bulan Ramadhan, maka samalah dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardhu di bulan lainnya”. (Ibnu Khuzaimah)

2.     Dalam mencari nafkah tidak melupakan diri untuk berdzikir kepada Allah, sebagaimana yang Allah ingatkan dalam ayat Al-Qur’an:
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang”. (An-Nuur:37)

3.     Niatkan diri karena Allah ketika keluar rumah untuk mencari nafkah, karena yang demikian merupakan jihad di jalan Allah.

Dalam hadits Ka’ab bin Ajizzah diriwayatkan bahwa ada seseorang lelaki yang lewat di hadapan Nabi. Para sahabat melihat ada yang menakjubkan pada kulit dan semangatnya. Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, bagus nian apabila keadaannya itu karena berjuang di jalan Allah?” Rasulullah menanggapi: “kalau ia keluar rumah demi menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, berarti ia di jalan Allah; kalau ia keluar rumah untuk menghidupi ayah ibunya yang sudah tua renta, berarti ia di jalan Allah; dan apabila ia keluar rumah demi menghidupi dirinya sendiri agar terpelihara, maka ia juga di jalan Allah. Tetapi kalau ia keluar rumah karena rasa sombong dan membanggakan diri, maka ia berada di jalan setan.” (At-Thabrani).

4.    Bagi wanita yang keluar rumah mencari nafkah, meskipun tidak ada dalil yang qath’i tentang haramnya wanita keluar rumah, namun para ulama tetap menempatkan beberapa syarat atas kebolehan wanita keluar rumah. Sebab memang ada peraturannya, tidak asal keluar rumah begitu saja, sebagaimana para wanita di dunia barat yang tidak punya nilai etika.
5.     Khusus untuk pelajar dan mahasiswa, jangan sampai terlarut dalam kesibukan berniaga tanpa diimbangi dengan kedekatan dan ketaatan pada Allah SWT. Karena berbisnis dalam Islam tujuannya adalah agar taqarrub ilallah, jika ternyata sebaliknya maka itu bukan berbisnis atau bisa menghasilkan uang yang tidak berkah (Na’udzubillah min dzalik). [dari berbagai sumber].

By: Rani Rahmawati
Owner @HPStuffBdg dan Supplier Celanarok ‘BlackutaQ.Inc’


Facebook Twitter Google+

Back To Top