Laman

Karena Islam Milik Kita Semua

Sabtu, 14 Februari 2015

Lili’s Story: Fiktifnya si Bang Entin



Oleh: Devi Tri Wahyuni (PT 30, Pendidikan Sejarah 2014)

Sudah hampir maghrib saat dua kakak beradik yang kadang akur kadang perang badar itu sampai di rumah. Haidar memandang aneh pada adiknya. Padahal biasanya Lili nyerocos terus, nyeritain apa aja yang terjadi di kampus. Biasanya dia langsung menuju kulkas, minum sumur alias susu murni. Tapi kali ini dia langsung berjalan ke kamarnya.

 Bada maghrib Haidar memutuskan untuk menemui adiknya yang gak nongol-nongol di meja makan. Padahal hari itu masak semur jengkol tahu kesukaannya.

Tok..tok.. tok!
“ Li kamu masih hidup kan? Aa boleh masuk?”
“ Masihlah! masuuk ajaa gak dikunci kok!” 
“ Li kenapa sih? Lagi PMS ya?” Haidar duduk di dekat meja belajar menghindari lemparan boneka panda adiknya. Lili mau marah tapi lagi gak mood.
“ Kenapa? Galau sama nilai? Atau sama ikhwan?” Haidar terkikik sementara Lili mendelik tak terima. Setelah senyap beberapa menit, Lili menatap abangnya ragu. Ceritain gak ya? cerita aja apa cerita banget? Setelah menelaah dan menimbang akhirnya Lili mau juga buka mulut.
“ Bang, boleh.. gak sih.. valentinan?”
Haidar terpana mendengar pertanyaan itu.
“ Kan abang udah bilang, we are muslim, so, Menurut kamu?”
 Lili mesem-mesem, ditanya kok nanya balik. Akhirnya dia menceritakan  insiden “Bumerang Hari Pink” yang terjadi di kelas tadi. Haidar menghela napas lalu tersenyum.
“ Valentine kan katanya buat mengenang martir yang namanya si St. Valentine tea. Dan ini tuh culture mereka, bukan ritual agama. Kalo cewe ngasih ke cowo dalam rangka cinta-cinta yang begituan ya jelas gak halal kan? Terus kalo misalnya ngasih ke temen, ibu, bapa sekedar buat nunjukin rasa sayang gimana?” Lili bertanya dalam satu tarikan napas. Haidar tampak berpikir namun kembali tersenyum simpul, simpulnya simpul jangkar(halaah!).
“ Pertama Lili harus tahu kalo St. Valentine itu piktip,” Haidar tersenyum melihat Lili yang ternganga. Entah kaget atau pengen bilang kalo abangnya itu salah ngucapin kata ‘fiktif’. Tapi Haidar buru-buru menambahkan.
“Valentine itu menurut sejarahwan berasal dari ritual agama pagan, tau kan yang suka nyembah dewa-dewa itu? Di era Yunani kuno. Perayaannya, Astagfirullah..penuh maksiat! Nah, Paus Gelasius I pada masa keemasan Kristen ingin menancapkan pengaruhnya di istana Romawi dan melakukan sinkretisme pada berbagai budaya pagan termasuk perayaan itu dan membelokan arti dan isunya menjadi hari kasih sayang.” Haidar melihat mata adiknya membulat. Lili sendiri sedikit bergidik. Hampir saja ia terjerumus membolehkan peringatan ritual agama yang dulunya penuh dosa itu.
 “ Paus Gelasius I sendiri yang bilang bahwa dirinya tidak mengenal martir bernama St. Valentine itu, tapi anehnya legenda soal santo gadungan itu terus ditancapkan, bahkan sampe kuburan santo lain dipalsukan dan disebut sebagai makamnya si  St. Valentine itu coba? Baayaangkaan!” Haidar menjelaskan dengan berapi-api sementara Lili mengangguk-angguk tampak berpikir keras. “ Perayaan V-day sendiri udah dihapusin sama pihak gereja dan dilarang sejak tahun 1969 karena gak jelas asal-usulnya. Sayangnya udah kagak mempan lagi.”
“ Terus kalo yang cuma budaya mereka aja gimana a?”
“ Ehem, soal yang satu ini kita juga musti ati-ati walau keliatan netral. Kalo liat dari asal kata bahasa Inggrisnya, culture, cult = cara penyembahan dan lore = adat atau kebiasaan. Nah apa coba? Jadi hakikatnya setiap budaya adalah kebiasaan cara kita melakukan penyembahan atau penghambaan kepada Tuhan atau dewa.”
“ Contohnya?”
“ Contohnya jilbab yang kamu pakai sekarang. Sebelum Islam datang perempuan di Indonesia masih berpakaian terbuka, liat aja arca-arca perempuan zaman kerajaan kuno. Datangnya Islam mewjibkan perempuan menutup aurat sehingga pakaian yang dibaut mulai lebih tertutup.” Lili berseru kencang sementara Haidar mengangguk.
“ Nah sebagai muslim kita jangan dikit-dikit tasabuh, jadi follower tanpa tau apakah yang kita ikuti itu bener apa gak bener.” Haidar menutup penjelasannya dengan mengangkat alis sok keren membuat Lili mendengus. Sekarang narsisnya yang kumat.
“ A kalo dipikir-pikir hadisnya Rasulullah Saw itu sekarang kebukti ya? yang dari Abu Said ra. bahwa Nabi saw. bersabda: Sungguh kamu akan mengikuti perilaku (budaya) orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, selangkah demi selangkah. Hingga meskipun mereka mendaki memasuki lubang biawak, kamu pun ikut mendakinya. Kami (Abu Said dkk.) bertanya: Ya Rasulullah! Apakah kami akan mengikuti orang-orang Yahudi dan Nasrani? Nabi menjawab: (Mengikuti) Siapa lagi. (HR. Bukhari no. 3197).” Lili menyebutkannya dengan lancar.
“ Nah pinter adek Aa, ya udah sekarang makan gih! Kasian kan Bunda udah capek-capek masak.”
“ Kalo itu sih gak usah disuruh hehe..” Lili langsung tancap gas gigi satu ke dapur yang membuat kakinya terantuk meja. Gadis itu berteriak kesakitan sambil loncat-loncat persis kangguru. Haidar tertawa lepas. Lili..Lili..!

-o0o-

Buat yang penasaran sama cerita Lili pas di kampus dan insiden “bumerang hari pink” bisa dibaca di bawah. Takutnya kepanjangan jadi dipisah buat yang gak males baca lagi hehe XD

“ Pada kenapa sih?! ” Lili mendengus sebal sambil membetulkan letak kerudungnya. Ia  mengucek-ngucek pipinya, ya.. barangkali ada bekas iler gitu. Soalnya orang-orang melihat ngeri padanya sesorean ini. Doi emang sempet kebablasan tidur pas mata kuliah ketiga tadi. Malu juga sebenernya, secara pas doi melek temen-temennya udah ngikik dan dosennya menatap tajam setajam silet. Lagian muslimah berjilbab masa ketiduran di kelas? Ugh..

 Eh, tapi bukan sepenuhnya salah dia kok! Kemarin Lili begadang ngerjain tugas. Besoknya kuliah full dari pagi sampe sore. Kenapa Lili gak ngerjain tugas sebelum-sebelumnya? Jawabannya simpel. Dia gak tahan sama godaan novel-novel baru yang dibelinya di pameran minggu kemarin. Mana belinya borongan! Suruh siapa penulisnya pinter-pinter bikin novel sampe bikin dia gak bisa berhenti baca hi..hi..

Seorang gadis dengan tampang hello kitty tapi hati sekuriti berjalan riang ke arah Lili. Dia menepuk pundak gadis itu, membuat Lili melompat kaget. Duh, untung kagak jantungan!
“ Hei bu mukanye serem amat? Lagi bet mud ya?”
“ Hai, hei, hoi, Assalamu’alaikum kek Nggi! Lagian aku tuh lagi bad mood bukan bet mud!” Lili pasang wajah sok galak.
“ Eh iya Wa’alaikum salam. Lah, emang beda ya? Apa sekarang udah ganti? Orang Inggris tuh labil juga ya ternyata.”
 Anggi  sohibnya yang beda jurusan berargumen dengan watadosnya. Lili sampe menepok jidatnya, kalo jidat orang lain bisa berabe kan? Hoho. Sohib Lili yang anak betawi asli dan selalu bilang kalo dia mungkin sodaraan sama si Doel anak sekolahan emang suka rada lola bin tulalit. Untung Anggi udah jadi sohibnya sejak negara api menyerang, coba kalo enggak? Bisa-bisa komplikasi deh ngadepin ketulalitan Anggi. Tapi biarpun telmi Anggi tuh baik banget..nget! Suka nraktir kalo Lili lagi kanker. Baik versi anak kos gitu loh..
“ Kenapa atuh Li? Coba cerita sama Gue.” Anggi memasang senyum tulus. Tadi rencananya gadis betawi itu mau langsung pulang dengan harapan spongebob atau upin ipin masih tayang. Tapi pas liat sohibnya yang doyan jengkol berjalan dengan tampang horor dan bikin anak-anak jurusan lain pada kabur, dia memutuskan untuk melakukan penyimpangan dulu (maksudnya nyimpang nyamperin Lili hehe). Lili terenyuh juga dengan perhatian Anggi. Rasa kesalnya perlahan menguap.
“ Nggi.. tau gak?”
“ Kagak!”
“ Ih! Anggi serius nih!”
“ Lah kan situ belum cerita?”
“ Eh, iya juga sih? hehe,” Lili nyengir malu-malu serigala. Akhirnya doi nyeritain ‘Tragedi Bumerang Valentine’ saat matkul PAI tadi. Matanya mendadak berapi-api, Alhamdulillah harga bbm udah turun jadi gak susah nyalain api.

Ehem, jadi gini ceritanya..
Jam terakhir aka jam keemat adalah bagian Pa Pram, dosen MKDU Pendidikan Agama Islam yang kebagian mengajar kelas Lili. Si bapa ini ternyata cukup asik dan terbuka, banyak pemikiran baru yang Lili dapat. Minggu kemarin Lili sampe pengen banget nanya pendapat si bapa soal sebuah hadis yang dia kurang ngerti tapi keburu pulang. So, hari ini doi bertekad buat ngacung dan pokoknya kali ini gak boleh gagal lagi.
 Rencananya Lili mau nanya gini..
Latar belakang :Pa sekarang kan banyak remaja Islam yang ngerayain valentine
Landasan teori: padahal kan kata sebuah hadis ‘ barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum maka dia termasuk kaum itu’.
Rumusan masalah: Nah sebetulnya mengikutinya itu hanya dalam konteks ibadah atau termasuk budaya? Valentine kan bisa dibilang cuma budaya.
Dan tibalah saat mendebarkan itu. Pa Pram mempersilakan mahasiswanya untuk bertanya. Lili mengangkat tangan tapi kalah cepat. Dengan sabar dia mendengarkan kembali penjelasan Pa Pram yang selalu panjang pake banget. Berkali-kali Lili dibikin gereget karena gestur Pa Pram yang php. Berhenti bentar, eh taunya masih lanjut. Setelah menunggu dengan nervous akhirnya kesempatan Lili datang juga. Tapi baru aja selesai nyampein latar belakang, anak-anak sekelas langsung heboh. Belum lengkap rumusan masalah Lili, Pa Pram langsung nyamber kaya mujaer bikin Lili tambah gereget. Dan betapa kagetnya Lili saat mendengar jawaban dosen agamanya itu.
“ Meniru disini adalah kita misalnya menyerupai watak mereka yang angkuh, licik, dan semacamnya. ”  Jawaban selanjutnya tetap mengarah dan membatasi bahwa konteks meniru itu hanya dalam hal ideologi dan watak. Bahkan Pa Pram ngasih contoh lain seperti ulang tahun yang tidak dijelaskannya dengan lebih rinci.
Lili mengerjap tak percaya. Jawaban yang diharapkannya dapat memberikan pengertian yang lebih baik mengenai ‘hari pink keramat’ untuk kawan-kawannya malah melenceng seratus delapan puluh derajat. Dan Lili  mendengar gumaman-gumaman lega di kelasnya. Lili jadi merasa bersalah, beristighfar dalam hati berkali-kali. Dia berdo’a jika yang dikatakan dosennya benar semoga hatinya bisa menerimanya, tapi jika tidak, semoga ALLAH Pemilik Segala Ilmu tidak membuat tman-temannya mempercayai hal ini begitu saja dan memberikan pemahaman yang lebih baik.

                Setelah selesai bercerita, tampang  Lili jadi kembali kusut kaya marmut. Dia menghela napas  berkali-kali  yang bikin Anggi curiga bengek sohibnya itu kumat. Setelah ditunggu-tunggu ternyata enggak, yaah.. eh Alhamdulillah!
                “ Oh, gitu.. Hmm..iya juga ya Li! Ngapain kita ngerayain ulang tahun Valentino Rossi, tanggal lahirnya aja Gue kagak tau.” Ujar Anggi sok yakin dengan mimik prihatin. Wajah Lili kembali horor mendengar jawaban itu.
                “ Ang-gi kamu tuh sebenernya tulalit apa minta dijitak sih?” Lili menatap sebal. Anggi nyengir sambil mengangkat kedua jarinya, V hehe..
                “ Ah! Mungkin maksud Lo Valentine tuh si Entin anak jurusan Sejarah nyang hobinya gonta-ganti tanggal ultah di FB? Bulan ini die udah lima kali ulang tahunan, emang dasar tuh anak! Padahal ya...”

                Lili melangkah cepat meninggalkan Anggi yang masih nyerocos gak jelas. Dan dia baru inget kalo hari ini Bang Haidar mau jemput. Abang nomor duanya itu ternyata udah miscall berkali-kali. Emang enak punya abang yang bisa jadi tukang ojek, eh maksudnya mau dimintain antar jemput ke kampus. Lili jadi merasa bersalah udah bikin abang gantengnya nunggu, hiks..
Facebook Twitter Google+

Back To Top