Laman

Karena Islam Milik Kita Semua

Sabtu, 01 Maret 2014

Membangun Kesadaran Untuk Saling Bantu


Manusia merupakan makhluk sosial, sehingga tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya interaksi dan bantuan dari manusia yang lain. Oleh sebab itu tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini selain untuk beribadah dan menjadi khalifah adalah untuk saling ta’aruf (mengenal). Hal ini merupakan fitrah yang telah Allah berikan kepada manusia. Saling mengenal menjadi kunci pembuka untuk saling membantu. Namun yang perlu menjadi catatan adalah bahwa jangan menunggu kenal terlebih dahulu kemudian kita tidak membantu seseorang yang sedang kesulitan atau ditimpa musibah. Hanya saja terkadang apabila sudah saling kenal dalam membantu pun akan lebih loyal (penuh kesetiaan). Saling bantu dalam ajaran Islam tidak hanya sesama pemeluknya, melainkan membantu non-muslim pun dibolehkan. Namun Islam membatasi pemeluknya hanya boleh bekerjasama dan membatu non-muslim dalam hal yang sifatnya duniawi dan berkenaan dengan muamalat, tidak dalam hal keimanan atau aqidah. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (١٣)
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat [49]: 13).
            Membangun kesadaran untuk saling bantu setidaknya ada tiga hal yang menjadi kunci pembukanya. Kunci pertama adalah saling mengenal (ta’aruf) sebagaimana telah dijelaskan diatas. Kedua adalah saling memahami (tafahum) dan ketiga saling menanggung beban bersama (takaful). Jika ketiga kunci ini diterapkan dalam kehidupan masyarakat maka akan tercipta kehidupan yang saling membantu dan bahkan lebih dari pada itu. Begitu indah Islam mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan. Dan ketiga kunci ini akan terakumulasi menjadi suatu ikatan persaudaraan yang kokoh (ukhuwah). Dan ketiga kunci ini menjadi sarana untuk mengupgrade atau memperbaiki hubungan masyarakat jika terjadi perselisihan. Allah telah menegaskan bahwa orang mukmin itu saling bersaudara. Allah berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (١٠)
Artinya: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat [49]: 10).
            Kunci kedua sebagai upaya membangun kesadaran untuk saling bantu adalah tafahum (saling memahami). Tafahum (saling memahami), yaitu hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya meminta, karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan. Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad Saw., beliau bersabda: “Barang siapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya.” (HR. Muslim).
            Kunci ketiganya adalah takaful (saling menanggung beban bersama). Tidak sepatutnya seorang muslim itu berdiam diri ketika melihat saudaranya kesulitan atau ditimpa musibah. Ciri seorang muslim sejati adalah saling membantu dan saling menanggung beban bersama. Setelah mengenal dan memahami, maka yang diharapkan akan tumbuh rasa takaful (saling menanggung beban bersama) dan sikap ta’awun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasullullah Saw., telah mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya, orang yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain. Oleh sebab itu jika kaum muslimin menginginkan kesatuan yang kokoh maka rapatkan barisan berjama’ah (kebersamaan) di segala bidang. Analoginya, seperti halnya satu batang lidi tidak akan bisa membersihkan sampah, tetapi jika lidi-lidi disatukan menjadi satu ikatan yang kuat dan kokoh maka sampah mana yang tidak bisa dibersihkan. Dan sesama muslim atau bahkan kepada non-muslim pun jangan saling mendzolimi. Berikut dalil Al-Qur’an dan Haditsnya:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (٢)
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah [5]: 2).
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Artinya: “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal bagaimana mereka saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi adalah seperti satu tubuh. Apabila ada sebagian dari tubuhnya yang sedang sakit, maka bagian tubuh yang lain turut merasakannya, sehingga membuatnya tidak bisa tidur dan demam. (HR. Muslim).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً . الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ . التَّقْوَى هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
Artinya:  “Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim).
            Dengan saling tolong-menolong akan banyak menuai manfaat, diantaranya adalah pekerjaan akan cepat terselesaikan dan mendekati kesempurnaan, risalah Islam akan mudah dan cepat tersebar luas, menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang, memperlancar perintah Allah dalam amar ma’ruf nahi munkar, terciptanya tatanan masyarakat yang adil dan makmur dan sebagainya.
            Membangun perubahan tidak bisa dilakukan dengan segelintir orang, oleh karenanya harus kolektif. Membangun perubahan harus diawali dengan pembenahan paradigma atau mindset. Upaya membangun komunitas atau masyarakat yang saling tolong-menolong harus diawali dengan pembentukan kesadaran hidup berjama’ah. Kesadaran dan paradigma itu dapat dibentuk dari ketiga kunci diatas; ta’aruf, tafahum, dan takaful/ ta’awun. Wallahu a'lam.
(Fajar Romadhon)
Facebook Twitter Google+

Back To Top